Hikmah Dibalik Setiap Cobaan
Fenomena yang dihadapi oleh seluruh negeri saat ini seolah mengingatkan kita sebagai manusia bahwa kita benar-benar tidak lebih besar dari butiran pasir di padang pasir. Ia seolah memaksa kita untuk bermuhasabah tentang siapa diri kita sebenarnya. Bahwa kita semua adalah kecil dan tak berdaya. Keangkuhan kita dapat dibungkam hanya dengan virus seukuran 125 nanometer yang bahkan mata orang terhebat sekalipun tak sanggup mengidentifikasinya. Saat ini, semesta sedang mencoba mengirimkan pesan baik kepada kita semua. Mungkin inilah satu-satunya cara agar kita bisa merenungkan kembali tujuan penciptaan kita semua.
Penulis seketika teringat kalimat seorang muballigh yang mengatakan bahwa “sewaktu masih sekolah dasar dulu, orang-orang mengatakan tahun 2020 nanti kita semua akan melihat mobil terbang - mobil yang tidak lagi berjalan diatas aspal. Kenyataannya, tahun 2020 kita baru diajarkan bagaimana cara mencuci tangan yang benar”. Aneh, namun seperti inilah kenyataannya.
Banyak melakukan muhasabah atau introspeksi diri adalah salah satu upaya yang bisa kita lakukan agar cobaan tidak menjadi semakin parah. Jikapun sesuatu yang buruk menimpa kita atau keluarga kita, paling tidak muhasabah telah membuat kita siap secara mental dan spiritual. Muhasabah yang secara etimologis bermakna “melakukan perhitungan” adalah aktivitas merenungkan kembali serta mengevaluasi kebaikan dan keburukan yang telah kita lakukan dimasa silam. Menurut hemat penulis, muhasabah yang berhasil adalah muhasabah yang berujung pada istighfar. Demikian karena tidak ada manusia yang luput dari salah dan dosa.
Seketika kita telah menyadari perilaku kita dimasa silam dan efeknya terhadap semesta, membayar penyesalan kita dengan kegiatan menebar kebaikan kepada sesama dan semesta akan secara otomatis menjadi satu-satunya opsi yang tersisa untuk kita. Secara logis, baik dalam situasi wabah seperti saat ini maupun tidak, menebar kebaikan seyogianya kita lakukan secara rutin. Namun, inilah tabiat manusia (terkhusus penulis) - bahwa kita cenderung menunggu peringatan dulu sebelum berubah.
Menebar Kebaikan
Kita semua diciptakan tidak lain dan tidak bukan melainkan untuk menjaga semesta dan untuk menebar kebaikan untuk sesama manusia. Terlebih lagi saat musim wabah seperti sekarang ini. Banyak tangan yang membutuhkan uluran tangan kita semua. Hampir bisa dipastikan krisis akan menyambut kita setelah wabah berakhir. Momen ini, menurut hemat saya, merupakan kesempatan emas bagi umat manusia untuk membuktikan kepada semesta bahwa kita manusia merupakan makhluk yang patuh pada sang Pencipta. Terlebih lagi, ramadhan tidak lama lagi akan tiba. Tentu kita semua tidak akan melewatkan kesempatan emas ini. Penulis merangkum setidak-tidaknya 3 upaya kongkrit menebar kebaikan ditengah pandemi.Zakat
Islam telah memerintahkan ummatnya yang diberi kecukupan untuk mengeluarkan sebagian hartanya dijalan agama melalui zakat.Pada harta mereka terdapat hak orang miskin yang meminta dan orang miskin yang meminta dan yang tidak mendapat bagian (Dzariyat:19).Zakat mengandung hikmah yang sangat dalam untuk kita ummat Islam renungkan. Perintah berzakat, terlebih lagi saat musim pandemi seperti sekarang ini, dapat dipandang sebagai bentuk ‘simbiosis mutualisme’ atau hubungan yang saling menguntungkan antara mereka yang mampu dan mereka yang kurang mampu. Dalam prakteknya, harta mereka yang mampu menjadi suci dengan berzakat dan mereka yang kurang mampu dapat merasakan sedikit karunia melalui zakat dari mereka yang mampu.
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka yang dengan zakat itu kamu membersihkan membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui (Taubah:103).Berbicara masalah zakat, ingatan penulis seketika tertuju pada Dompet Dhuafa yang komitmen terhadap penyaluran zakat. Lembaga ini, sejak dahulu hingga sekarang, masih konsisten berdiri sebagai lembaga yang terpercaya dalam urusan penyaluran zakat. Beragam kemudahan ditawarkan untuk mereka dengan tingkat produktivitas tinggi. Sebut saja layanan kalkulator zakat (zakat penghasilan dan zakat harta) yang membantu Anda menghitung nominal yang harus Anda keluarkan untuk membersihkan dan mensucikan harta, konsultasi zakat secara online, hingga layanan jemput zakat untuk Anda dengan aktivitas yang sangat padat.
Layanan Zakat Dompet Dhuafa (dompetdhuafa.org) |
Infak/Sedekah
Sesaat sebelum penulis mulai menulis artikel ini, penulis membaca beberapa siaran pers Dompet Dhuafa. Beberapa diantaranya adalah aksi terbar sembako untuk masyarakat terdampak corona dan pemberian bantuan kepada masyarakat terdampak corona. Melalui siaran persnya, Dompet Dhuafa lagi-lagi membuktikan kredibilitasnya sebagai lembaga pengentas kemiskinan nomor wahid di Indonesia. Tepat sasaran! Frase itu merupakan rangkuman dari berlembar-lembar tanggapan penulis tentang aksi-aksi tersebut.Kita semua yang dulunya rutin ngopi sebelum wabah merebak dan kita yang alokasi dana transportasi hariannya berkurang karena wajib #DiRumahAja, bentuk syukur kita dapat kita nyatakan melalui partisipasi dalam program Donasi Dompet Dhuafa yang khusus ditujukan kepada kaum kurang mampu yang terdampak corona. Donasipun cukup dilakukan #DiRumahAja dengan mengisi form Donasi Dompet Dhuafa yang menawarkan beragam kemudahan berdonasi melalui transfer bank (BCA, Mandiri, BNI, Bank Muamalat) dan melalui layanan online payment (LinkAja, DANA, CIMB Clicks, IB Muamalat, Master Card/Visa, dan OVO).
Dalam form donasi tersebut, Anda hanya perlu mengisi beberapa baris data, antara lain: jenis donasi (zakat, infak/sedekah, wakaf, atau kemanusiaan), pengkhususan donasi (bencana dunia, Indonesia siap siaga, bencana Indonesia, atau dompet dunia Islam), keterangan donasi yang meng-cover bantuan untuk masyarakat terdampak Covid-19, nominal yang ingin didonasikan, serta profil donatur yang meliputi nama, email, dan nomor ponsel.
Mengusung jargon “kebaikan yang telah Tuhan berikan akan menjadi lebih bermakna dan bermanfaat jika tidak berhenti pada diri kita sendiri”, Dompet Dhuafa, melalui 5 pilar program pengentasan kemiskinan, mendorong kita semua untuk menebar kebaikan kepada sesama yang dimanifestasikan melalui jalur pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan dakwah, serta budaya. Bahwa kecukupan yang dititipkan oleh Allah sang maha Pemurah kepada kita seyogianya diteruskan kepada orang lain disekitar kita, salah satunya melalui aksi infak atau sedekah. Percayalah, kebaikan berbagi yang kita lakukan saat ini akan menjadi simpanan kita kelak ketika kita tidak lagi berada di dunia.
Wabah Covid-19 yang saat ini telah menjadikan kota tempat penulis menghabiskan hidup menjadi zona merah terbesar diluar pulau Jawa menyadarkan penulis bahwa wudhu tidak hanya terbatas pada gerak fisik menggunakan air semata. Wudhu ternyata memiliki makna filosofis tentang kebersihan yang sangat dalam. Rangkaiannyapun ternyata sangat sistematis. Dimulai dari membasuh pergelangan tangan - bagian tubuh yang berpotensi besar menjadi ‘rumah’ bagi kuman dan bakteri - sebelum memasukkan air kedalam mulut dan hidung serta wajah yang rentan terhadap kuman, virus, dan bakteri dan diakhiri dengan membasuk kaki. Rangkaian tersebut bermakna bahwa sebelum menyentuh bagian tubuh yang rentan, tangan harus bersih terlebih dahulu. Prosesinyapun dianjurkan agar dilakukan di air yang mengalir. Bermakna agar virus, kuman, dan bakteri tersapu bersama aliran air wudhu.
Penulis sangat percaya bahwa kebaikan-kebaikan kecil tersebut akan berdampak positif selain untuk diri kita secara pribadi, juga akan berdampak kepada orang-orang sekitar kita. Percayalah, badai pandemi ini akan segera berlalu. Dan berjanjilah, bahwa Anda tidak akan pernah berhenti menebar kebaikan setelah pandemi ini berlalu.
Bantuan Langsung
Jika memang tidak memungkinkan untuk menebar kebaikan melalui pihak perantara, mengasah kepekaan kita dengan terjun langsung ke lingkungan sekitar dengan menyasar masyarakat yang dijumpai juga merupakan langkah kongkrit yang tepat sasaran. Disekitar kita, terutama saat musim wabah seperti sekarang ini, tentu mudah bagi kita untuk menemukan kaum yang berhak mendapatkan uluran tangan.Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah-pun, niscaya ia akan melihat balasannya. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah-pun, niscaya ia akan melihat balasannya pula (Zalzalah:7-8).Ayat diatas menjelaskan bahwa tidak peduli sekecil apapun kebaikan yang kita tebarkan, balasan atas kebaikan tersebut akan menanti. Percayalah, kebaikan yang kita lakukan saat ini, terlebih lagi disaat-saat sulit seperti sekarang ini, akan diganjar dengan kebaikan yang jauh lebih besar. Penulis percaya, apapun agama yang Anda anut, Anda akan sepakat dengan pernyataan tersebut. Hal ini juga diulas dalam konsep law of attraction yang prinsip utamanya menggambarkan manusia seperti sebuah magnet. Bahwa apapun yang Anda pikirkan, fokuskan, dan vibrasikan akan ditangkap oleh semesta dan akan dikembalikan kepada Anda dalam jumlah yang jauh lebih besar. Tidak perduli itu kebaikan ataukah kejelekan, semesta akan menangkapnya dan mengirimkannya kembali kepada Anda. Itulah sebabnya didalam Islam, niat berbuat baikpun telah terhitung kebaikan. Seperti yang tersurat dalam hadist qudsi berikut.
..... dan jika ia berniat melakukan suatu kebaikan lalu ia tidak melakukannya, maka tulislah untuknya satu kebaikan, jika ia melakukannya, maka tulislah untuknya sepupuh kebaikan.
Menjaga Kebersihan Diri
Jika upaya yang berkaitan dengan materi belum mampu kita lakukan, cukuplah bagi kita untuk menebar kebaikan dengan cara tetap tinggal di rumah. Jikapun harus keluar rumah, upayakan untuk selalu mengenakan masker dan menjaga jarak dengan orang-orang sekitar. Setelah pulang ke rumah, cuci tangan dan jika memungkinkan, mandilah. Seperti itulah anjuran pemerintah dalam upaya mencegah penyebaran wabah. Kita semua tentu dikenai hukum wajib menaati anjuran tersebut secara konsisten. Bukankah taat pada pemimpin merupakan salah satu bentuk ketaatan pada agama?!Taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul-Nya, dan kepada para pemimpin diantara kamu (Nisa:59).Hal berikutnya yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga wudhu yang sempurna. Penulis percaya bahwa wudhu cukup efektif sebagai langkah preventif mandiri untuk mencegah Covid-19 karena wudhu - melalui istinsyaq atau menghirup air ke rongga hidung - dapat membersihkan jalan napas yang menjadi pintu masuknya virus.
Wabah Covid-19 yang saat ini telah menjadikan kota tempat penulis menghabiskan hidup menjadi zona merah terbesar diluar pulau Jawa menyadarkan penulis bahwa wudhu tidak hanya terbatas pada gerak fisik menggunakan air semata. Wudhu ternyata memiliki makna filosofis tentang kebersihan yang sangat dalam. Rangkaiannyapun ternyata sangat sistematis. Dimulai dari membasuh pergelangan tangan - bagian tubuh yang berpotensi besar menjadi ‘rumah’ bagi kuman dan bakteri - sebelum memasukkan air kedalam mulut dan hidung serta wajah yang rentan terhadap kuman, virus, dan bakteri dan diakhiri dengan membasuk kaki. Rangkaian tersebut bermakna bahwa sebelum menyentuh bagian tubuh yang rentan, tangan harus bersih terlebih dahulu. Prosesinyapun dianjurkan agar dilakukan di air yang mengalir. Bermakna agar virus, kuman, dan bakteri tersapu bersama aliran air wudhu.
Data Penyebaran Covid-19 di kota Makassar, Sulawesi Selatan (14 April 2020) |
Dompet Dhuafa. Sejak dulu hingga sekarang, nama itu masih mengaung memberdayakan manusia. Salut.
BalasHapusSejak saya masih remaja saya sudah dengar nama Dompet Dhuafa. Dulu masih melalui iklan TV. Sekarang layanannya makin prima.
HapusMekanisme layanan jemput zakatnya bagaimana dan tersedia di kota apa saja? Terima kasih.
BalasHapusSilahkan mengakses laman http://dompetdhuafa.org/id/layanan/jemput_zakat lalu isi form yang tertera. Terima Kasih, Englinesian.
Hapus